drone menyerang kapal yang membawa bantuan untuk dikirim ke Gaza di lepas pantai Malta, Jumat (2/4/2025).
Menurut laporan Codepink, sebuah gerakan akar rumput untuk perdamaian dan keadilan sosial, kapal yang diserang tersebut milik Gaza Freedom Flotilla.
Kapal tersebut hendak mengirimkan bantuan berupa makanan dan perlengkapan untuk orang-orang di Gaza, sebagaimana dilansir Associated Press.
Pemerintah Malta mengatakan, ada 12 awak kapal dan empat warga sipil berada di dalamnya. Beruntungnya tidak ada korban jiwa dilaporkan.
Pihak militer Israel tidak menanggapi permintaan komentar saat dihubungi Associated Press.
Charlie Andreasson, yang telah terlibat dalam Freedom Flotilla selama lebih dari satu dekade, mengatakan kepada Associated Press bahwa ia telah menghubungi orang-orang kapal itu.
Mereka melaporkan ada dua ledakan dan kebakaran akibat serangan drone.
Meskipun orang-orang di atas kapal selamat, Andreasson mengatakan ada risiko kapal bisa tenggelam karena generatornya terkena serangan dan kapal tidak bisa bergerak.
Pelayaran kapal tersebut terjadi saat Israel telah memblokade semua bantuan kemanusiaan untuk memasuki Gaza selama dua bulan terakhir.
Blokade tersebut membuat Gaza mengalami krisis kemanusiaan terburuk dalam hampir 19 bulan serangan Israel di sana.
Peristiwa serangan terhadap kapal bantuan ke Gaza saat Israel menerapkan blokade bukan hanya terjadi kali ini saja.
Pada 2010, pasukan Israel menyerbu kapal Turkiye, Mavi Marmara, hingga menewaskan sembilan orang di dalamnya. Insiden itu menyebabkan putusnya hubungan Turkiye-Israel.